Q n A
1 Bagaimana
agar tokoh sifat yang konsisten?
-pahami “kebutuhan
dan keinginan”
-buat “list
kenapa-kenapa”
2 Apa yang
dimaksud dengan karakter tidak “utuh”?
-Saat awal plot
bleum menemukan solusi masalah-> menerima-> mempelajari
3. bagaimana
jika yang aktif justru karakter pembantu (bukan karakter utama)?
-itu disebut “Tokoh
mentor”, Karakter utama: “Hadapi nggak ya?” Karakter pembantu mendorong, tapi
tetap karakter utama yang memutuskan.
4. Untuk karakter
yang labih dalm buat keputusan (tidak konsisten), apa terbilang karakter yang
menarik?
-Ya, bisa
menggugah pembaca. “seharusnya gak gitu!! Gimana sih! Kok malah gini dia!”
5. Apakah
karakter yang konsisten menjadi tidak menarik?
-Tidak juga.
Kekonsistenan karakter bisa menjadi ciri kuat. Asalkan tidak berubah secara drastis
tiba-tiba karena itu akan aneh. Misal, tokoh penakut yang dihadapkan dengan
takdir bisa melihat hantu. Dia penakut tapi di akhir cerita dia tetap konsisten
“takut” hanya saja lebih berani menghadapi takdir.
6. Apakah ciri
fisik karakter penting untuk dijelaskan detail? Apakah semua karakter harus
dijelaskan ciri fisiknya?
-Optional. Ada tokoh
utama yang sama sekali tidak dijelaskan ciri fisiknya sedangkan dalam ceita
yang sama ada 2 tokoh pembantu yang dijelaskan secara rinci detail seperti 2
pria tampan dengan sorot mata tajam, tinggi, dan menawan. Lalu kenapa tokoh
utama justru tidak digambarkan fisiknya oleh penulis? Tujuannya adalah “Self-Insert”
agar pembaca bisa membayangkan bahwa si tokoh adalah dirinya sendiri yang
sejauh cerita didampingi oleh 2 tokoh pria tampan. :v
7. Apakah boleh
membuat sosok antagonis yang manusiawi?
Tentu saja! Ada
kekeliruan umum bahwa antagonis itu “jahat, titik”. Tidak ya, antagonis itu
bisa berupa tokoh yang pikirannya “tidak sejalan” dengan tokoh protagonis.
Dalam cerita
harus selalu ada “pesannya”. Karena pesan lebih baik tidak tersirat langsung
(agar tidak tampak seperti PENULIS MAHA BENAR DAN MENGGURUI) Nah itu gunanya
antagonis yang beda pikiran dengan tokoh utama.
8. bagaimana
cara menghadirkan masalah internal lampau di masa kini?
Jika masalah
itu penting dan berkaitan dengan plot/cara pikir tokoh, maka boleh dimasukkan. Tapi
jika sama sekali tidak ada hubungannya maka jangan. Contoh: dulu dia dibully,
sekarang dia bertemu lagi dengan si pebully setelah sekian lama.
9. Untuk cerita
berseri, bolehkan jika tiap seri berbeda tokoh utama? Dan pertumbuhannya
bagaimana?
BOLEH. Asalkan ada
benang merahnya (sefrekuensi) contoh: keluarga
Untuk pertumbuhan
bisa di buku 1 diberi masalah 1, 2 (terserah) serta pemecahannya, buku 2 diberi
3, 4. Dst.
10. Bagaimana jika tokoh lain justru yang menarik
daripada tokoh utama?
Bisa. Seperti Harry
Potter.
11. jika tokoh
anak baik, apakah cerita itu boring?
Bisa digali. Kenapa
dia baik? Contoh cerita komik. Tokoh pemain volley yang karakternya lempeng dan
kurang bergairah dalam menjalani hidup. Tapi neneknya pernah memberinya nasehat
untuk jadi konsisten. Yang konsisten itu akhirnya berbuah. Dia diangkat jadi
ketua tim. Dengan kelempengannya, tapi saat diberitahu bahwa dia terpilih jadi
ketua tim, dia ekspresif untuk kali pertama dalam hidupnya lalu dia menangis
tersedu-sedu. Dan pembacapun terenyuh.
12. Apakah
karakter=GANTENG, CEO, BAD BOY, PERFECT, KAYA RAYA itu harus? Apakah harus
seorang penulis mengikuti pasaran?
-Lakunya di
Pasaran sih itu XD. TAPI, bagi penulis yang mau menulis karakter berbeda BOLEH
SEKALI dengan syarat ciptakan KARAKTER YANG UNIK.
13. apakah
perasaan pribadi itu bisa terbilang MASALAH dari PLOT INTERNAL dan MASALAH dari
karakter lain masuk EKSTERNAL?
IYA betul.
Masalah eksternal bisa dari Bencana Alam, karena tokoh tidak menghendakinya. Bukan
keinginan dan kebutuhannya. Namun dia dihadapkan dengan bencana alam yang
membuat plotnya berubah untuk cerita hidupnya.
14. Bagaimana
jika tokoh dibuat memiliki ciri khas khusus? Apakah itu bisa membuat karakter
menarik?
Ok ok saja
untuk menghidupkan cerita. Tapi jangan sampai itu jadi highlight (penentu akhir
cerita) nanti ceritanya ketebak. Kecuali jika itu film horror/misteri, misal si
cewek suka dandan. Penghadiran plot twist dibutuhkan agar pembaca bisa ikut
menebak-nebak sepanjang cerita, baik itu tebakkannya benar ataupun salah.
15. bagaimana
jika tidak ada tokoh protagonis-antagonis? Bagaimana jika tokonya antagonis
semua (perusuh)?
BISA, masukkan
saja tokoh-tokoh itu dalam situasi yang membuat mereka mau tak mau harus ada di
sana. Contoh: dimasukkan dalam lift. Selanjutnya cerita kembangkan sendiri.
16, Kalau kita
sebagai penulis merasa tokoh kita sudah greget bagus tapi ternyata pembaca tidak
merasa emikian bagaimana ya?
-Buat komunitas
kecil berisi 2 penulis pemula yang kamu percaya (agar tidak dicuri juga idenya)
tanyakan pendapat mereka tentang ceritamu dan tokoh fiksimu
17. Bagaimana
jika tokoh yang dibuat adalah pendiam?
Jika tokoh
ekstrovert mengutarakan masalahnya dengan cerita pada temannya. Maka tokoh
pendiam paksakan untuk peran aktif dengan cara apapun (? Honestly gak paham
juga, nyatetku kurang detail)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar